Kala sang alam mulai terlelap , Hening terasa tiada terucap suatu kata ,
Terlihat kerlip lembut bintang disana Membuat rindu ini semakin merona.
Kutermangu dalam kesunyian , Tenggelam dalam kebisuan , Desir sang bayu mengusap wajah berikan ketenangan , Parasmu jelas tergambar di pelupuk mata .
Ingin kurengkuh sosok bayanganmu , Namun bayangan hanyalah bayangan ,
Kurasakan kebekuan menyusup setiap jengkal aliran darah , Kuhela nafas
panjang tuk redakan segala sesak , Saat kutatap sang rembulan .
Hatiku berbisik “aku rindu dia,
Akankah dia tahu aku merindukannya ?”
Tanpa sadar setitik air mata jatuh
Mengiring kerinduan yang tak tertahankan lagi
Kembali ku berbisik lirih dengan kepala tertunduk .
“aku sayang dia, aku rindu dia”
Kenangan masa indah yang pernah terajut kembali membayang
Oh Tuhan…
Aku amat merindukannya
Nuansa hati selalu berubah tanpa batas, waktu Menelusuri keasingan dalam
lembah yg semu, Seluruh penghuni alam berdzikir tanpa rasa jemu .
Namun keetika Hatinya yang dipenuhi gelora cinta terus ia paksa untuk
menepis noda‐noda nafsu. Anehnya, semakin ia meratap embun‐embun cinta
itu semakin deras mengalir. Rasa
cintanya pada Tuhan. Rasa takut akan azab‐Nya. Rasa cinta dan rindunya
pada Tuhan. Dan rasa tidak ingin kehilangannya. Semua bercampur dan
mengalir sedemikian hebat dalam relung hatinya. Dalam puncak munajatnya .
Aku mencintaimu
Seperti bumi
Mencintai titah Tuhannya.
AkuTak pernah lelah
Menanggung beban derita
AkuTak pernah lelah
Menghisap luka
Aku mencintaimu
Seperti matahari
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Membagi cerah cahaya
Tak pernah lelah
Menghangatkan jiwa
Aku mencintaimu
Seperti air
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Membersihkan lara
Tak pernah lelah
Menyejukkan dahaga
Aku Mencintaimu
Seperti bunga
Mencintai titah Tuhannya
Tak pernah lelah
Mengharumkan mekar aroma bahagia
Tak pernah lelah
Meneduhkan gelisah yang nyala
Aku tak kuasa menahan sedih dan air mataku , Aku tak kuasa menahan rasa
sedih yang berselimut rasa cinta dan sayang padanya. Kupegang tangannya
dan kuciumi. Kupegang keningnya yang hangat.
Aku ingin mengatakan aku cinta padanya. Tapi entah kenapa melihat sorot
matanya yang bening aku tidak berani mengatakannya. Tenggorokanku
tercekat. Mulutku terkunci hanya hati yang berbicara tanpa suara. Tapi
aku berjanji akan mencari waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya
padanya. Aku ingin menikah dengannya. Dan aku akan mengikuti semua
keinginannya. Aku sangat mencintainya seperti seorang penyembah
mencintai yang disembahnya. Memang memendam rasa cinta sangat menyiksa
tapi sangat mengasyikkan.
0 Response to "Ketika Cinta Bertasbih"